beberapa hari ini sedang menjaring makna dari buku kumpulan puisi Taufiq Ismail, di bawah ini ingin saya bagkan salah satu puisi beliau yang menurut sy bagus..sebuah ironi yang bukan hanya ada pada tahun 1998 tapi masih berlangsung sampai masa kini 😦
Setiap kami menyaksikan berbagai penghargaan diberikan
Di istana negara, dalam macam-macam upacara
Satu saja yang tak tampak di layar kaca
Penyerahan medali dan selempang warni-warna pada
Pegawai Negeri
Paling Jujur
Tahun Ini
Wakil dari mereka yang tak pernah kecukupan dalam rezeki
Wakil dari mereka yang sudah luluh dalam keluh
Anak-anak berlahiran juga, nafkah selalu payah
Dalam pemilihan umum selalu diancam macam-macam
Tak pandai ngobyek, tak disertakan dalam proyek
Dalam kalkulasi hidup mana pernah bisa cukup
Tapi ajaib tak sampai terdengar bergeletakan kelaparan
Ada saja jalan keluar yang meringankan beban
Anak-anak pun tahu diri orang tua pegawai negeri
Susah payah sekolah dan kuliah, dan kok ya jadi
Insinyur, dokter, pengacara, S-dua dan Pi-Eic-Di
Lumayanlah, walau tak sangat banyak barangkali
Apabila di dunia ada tujuh macam keajaiban
Maka fenomena pegawai negeri sini mesti yang ke delapan
Menurut teori mutakhir administrasi dan metoda renumerasi
Mestinya di awal karier dulu dari dunia sudah permisi
Memang ada yang terlibat proyek dan bersiram komisi
Tapi itu ‘kan jumlahnya terbatas sekali, yakni
Mereka yang berkerumun di sekitar keran pembangunan
Selebihnya hidup rutin ya begitu itu
Dan pastilah ada juga yang jujur secara sejati
Yang membuat lentur tegang-kakunya prosedur
Bukan mempersukar-sukar, justru memudahkan urusan
Yang betul-betul melayani rakyat, bukan budak kekuasaan
Yang susah payah istikomah di dalam kehalalan rezeki
Yang menahankan pedihnya susah nafkah
Yang masih saja bisa bertahan dilanda arus materi
Mereka tak tampak oleh mata kami
Mereka bukan tipe mengeluh-mengadu ke sana ke mari
Mungkin karena maqamnya sudah mirip orang sufi
Siapa tahu mereka lah sebenar penyangga struktur ini
Yang begitu lapuk rayap dan roboh sudah mesti
Tapi sampai sekarang masih juga berdiri
Mereka sungguh kami hormati
Terutama para guru yang begitu sabar menyebar ilmu
Dan semua yang berdedikasi sejati di struktur birokrasi
Masih tetap bertahan diterjang gelombang hidup serba materi
Kalian tidak nampak, karena memang merundukkan diri.
1998
Ada apa dengan tahun 1998?
there was somehing wrong.. 😦
hmm..
Berminat menjadi pegawai negeri??? *hehe, pertanyaan SARA
Ini bukan tentang entitas “pegawai negeri”, tetapi lebih kepada jati diri pribadi per pribadi, terserah siapakah ia…
hehe..kalau boleh jujur saya ga pernah berminat jadi pegawai negeri, mending jadi pengusaha sekalian deh..hehe
yaa..memang bukan ttg label “pegawai negrinya”..sy suka puisi ini karena ada kata “guru” nya..hihihi
okelah kalo begitooou..
itu khan puisi pembebasan dr tirani
berharap kedepanya akan ada generasi yang bisa, mampu dan mau memperbaiki sistem di Negara ini…
Hoho.
Masih Indonesia.
Indonesia kan emang gini.
Ga berubah.
Masih Indonesia.
[…] 4. Mbak Greeny Azzahra […]
pegawai negri bekerja untuk negri. ketika negri terasa kurang baik, pun begitu dengan nya. atau logikanya sebaliknya
kenyataannya, lebih banyak yang berfikir PNS itu korup 😐 nila setitik rusak susu sebelanga. PNS yang baik jarang terlihat karena yang digembar-gembor media itu pasti yang bermasalah
Pegawai Negeri sangat dicari masyarakat yang cari kerja saat ini….
Karena di imingi gaji yang banyak….
Tetapi jangan KORUPSI….
Ini dia puisi singkat untuk memuji puisi atau artikel anda ini….
bagus puisinya..